Worlds Cup GLOBAL TV

Sunday 16 August 2009

Perkembangbiakan Jamur Merang

JAMUR MERANG


Jamur Merang (Volvariella volvacea) merupakan jamur yang paling di kenal untuk daerah Asia Tenggara, selain rasanya yang enak, mudah tumbuh pada berbagai macam media tumbuh. Diantara sekian banyak spesies jamur tropika dan sub tropika Volvariella volvacea atau si Jamur Merang merupakan jamur yang memiliki kandungan gizi yang tidak kalah bila dibandingkan dengan bahan makanan yang lain. Jamur Merang mengandung berbagai macam asam amino baik asam amino esensial dan asam amino non esensial. Volvariella volvacea dari namanya di ketahui sebenarnya jamur yang memiliki volva atau cawan biasanya merupakan jamur beracun kecuali Jamur Merang. Oleh sebab itulah di Asia khususnya di Indonesia orang – orang lebih menyukai Jamur Merang dari pada jamur yang tidak beracun lainnya (Sukara, 1981).
Diantara sekian banyak jenis jamur yang tumbuh liar pada musim hujan orang sering sulit membedakan antara jamur yang dapat di konsumsi dan jamur yang tidak dapat di konsumsi (jamur beracun). Ada beberapa cara yang dapat di lakukan oleh masyarakat awam untuk membedakan jamur beracun dengan jamur yang tidak beracun, umumnya jamur beracun mempunyai warna yang mencolok seperti warna merah darah, hitam legam, biru tua, ataupun warna–warna yang mencolok lainya. Jamur beracun biasanya menghasilkan bau yang menusuk hidung, selubung universal yang membentuk cincin dan selubung universal yang membentuk cawan (volva). Gejala yang biasanya muncul apabila seseorang mengalami keracunan jamur biasanya mual–mual, muntah, kepala pusing, bahkan akibat yang paling fatal adalah kematian (Suriawiria, 1986).

Menurut Rismunandar (1982), Jamur Merang (Volvariella volvacea) merupakan jamur yang paling mudah hidup di dalam berbagai macam media tumbuh, dapat di tanam di mana saja. Jamur Merang paling mudah dibudidayakan karena jamur ini memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi terhadap lingkungannya. Sehingga Jamur Merang dapat tumbuh mulai dari benua Asia sampai benua Afrika pada ketinggian tertentu. Pada umumnya jamur–jamur yang sudah dibudidayakan secara besar–besaran biasanya di tanam di media tumbuh yang berupa kompos yang sudah jadi. Tetapi untuk Jamur Merang dapat di tanam di media tumbuh yang masih berupa limbah–limbah pabrik pertanian yang belum di olah menjadi kompos. Dapat tumbuh pada berbagai media tumbuh yang banyak mengandung selulosa. Banyaknya macam media tumbuh Jamur Merang menyebabkan para petani jamur harus selektif dalam pemilihan media tumbuh untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk mengetahui media tumbuh manakah yang paling baik di gunakan, para petani sering mencoba berbagai macam media untuk membandingkan hasil yang di peroleh dengan menggunakan berbagai macam media tumbuh.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Media Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvacea)”

Penjelasan Jamur Merang

Trubus (2001) media tumbuh merupakan tempat tumbuh suatu tanaman dan media tumbuh Jamur Merang sisa limbah hasil pertanian yang banyak mengandung zat-zat yang banyak dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur seperti clooze, lignin dan selulosa.

Pertumbuhan Jamur Merang (Volvariella volvace)

Pertumbuhan Jamur Merang berarti banyaknya Meselium jamur yang tumbuh membentuk tubuh buah (primodia)yang muncul di atas permukaan media tumbuh (Trubus, 2001).

Sistematika Jamur Merang (Volvariella volvacea)

Jamur Merang termasuk jamur sejati yang memiliki tingkatan hidup yang lebih tinggi dari pada tumbuhan Talus lainya. Jamur sejati umumnya memiliki tubuh buah yang merupakan tonjolan atau pertumbuhan dari Myselium.Tubuh buah pada Jamur Merang (Volvariella volvacea) sudah memiliki Akar, batang (tangkai) di mana pada tudung terbentuk spora. Spora yang sudah masak biasanya di terbangkan oleh angin yang kemudian tumbuh membentuk myselium. Myselium umurnya lebih dari satu tahun, selama keadaan buruk myselium berada dalam tanah, kadang – kadang juga kayu, dan pada musim-miusim tertentu (di indonesia musim hujan) membentuk tubuh buah yang menyerupai payung (Tjirosoepomo, 1981)
Sistematika Jamur Merang (Volvariella volvacea) Menurut Dwidjoseputro (1978) adalah sebagai berikut :
Divisi : Mycotina
Sub Divisi : Eumycotina
Kelas : Basidiomycetes
Sub Kelas : Homo Basidiomycetidae
Ordo : Agaricales
Famili : Agaricaceae
Genus : Volvariella
Spesies : Volvariella volvacea

Siklus Hidup Jamur Merang (Volvariella volvacea)

Menurut Suriawiria (1982), kehidupan jamur dapat menjadi jasad yang saprofit ataupun jasad yang parasit, kalau kemudian jamur ditelaah dari segi sifat mikroba secara umum, ternyata jamur termasuk jasad yang heterotrofik artinya untuk keperluan hidupnya ketergantungan sumber nutrien (sumber makanan) dari sumber yang lain yang sudah ada. Jamur Merang (Volvariella volvacea) sendiri memiliki bentuk tubuh yang lengkap yang menyerupai tanaman yang sudah memiliki akar (rhizoid), tangkai, dan tudung. Sebagai organisme yang tidak berklorofil Jamur Merang (Volvariella volvacea) memiliki warna agak ke coklatan yang umumnya terdiri dari zat aromatik yang tidak mengandung N. Jamur secara umum tidak dapat melakukan fotosintesis dengan demikian jamur tidak dapat menggunakan secara langsung sinar matahari. Jamur memperoleh makanan dalam bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, lignin, dan protein. Berbeda dengan jenis jasad yang memiliki klorofil mempunyai kemampuan untuk melakukan fotosintesis yaitu pengubahan senyawa anorganik (CO2, H2O) menjadi senyawa organik (C6 H12 O6 ) ini di sebabkan klorofil merupakan bejana alami yang mengubah energi fisik ( cahaya) menjadi energi kimia.
Pada umumnya bangsa jamur dapat berkembangbiak dengan dua cara yaitu secara seksual dan aseksual

Perkembangbiakan Secara Seksual

Perkembangbiakan secara seksual bukan bearti sama kejadianya pada hewan. Di dalam kenyataanya ada dua hifa yang kemudian bertindak seperti gamet (alat perkembangbiakan ), tetapi belum dapat di bedakan antara yang jantan dan betina, hanya di beri tanda (+) dan (-), yang kemudian bersatu (kawin) membentuk zigot yang kemudian tumbuh menjadi jamur dewasa. (Suriawiria, 1982)

Perkembangbiakan Secara Aseksual

Perkembangbiakan secara aseksual yaitu melalui jalur spora yang terbentuk endogen di dalam askus atau eksogen pada basilium. Askus merupakan alat perkembangbiakan yang spesifik dan tidak lain merupakan sporangium. Askus dan basidium berkumpul dalam satu tubuh buah yang terjadi dari plektenkim dalam tubuh buah askus atau basidium tersusun tegak dan sejajar seperti jaringan tiang (Tjitrosoepomo, 1981). Jamur Merang khususnya jamur–jamur yang memiliki tubuh buah pada umumnya berkembangbiak dengan membentuk spora.

spora

Gambar 2.4. Tipe perkembangan tubuh buah
Sumber: Sinaga (1990)

Morfologi Jamur Merang

Tubuh buah sering pula disebut dengan primodia yaitu sesuatu yang keluar di atas permukaan tanah yang bentuknya seperti payung terbuka bila mana sudah tua, dan berbentuk telur kecil bila mana baru timbul. Selain jamur yang tumbuh membentuk tubuh buah juga terdapat jamur yang tetap dalam bentuk myselium yang biasanya tumbuh di dalam tanah dan senantiasa menghindari sinar matahari (Rismunandar, 1982).

Struktur Tubuh Buah Jamur Merang (Volvariella volvacea)

Menurut Suriawiria (1986), jamur secara umum mempunyai struktur tubuh yang sederhana mulai dari jamur bersel satu, bentuk serat sampai bentuk lengkap, artinya sudah menyerupai tanaman tingkat tinggi yang sudah memiliki akar dan batang.
Pada jamur yang memiliki tingkat kehidupan lebih tiggi (Jamur Sejati) memiliki dua macam perkembangan tubuh buah atau Primodia, yaitu : tipe perkembangan tubuh buah Angiocarpic dan Gymnocarpic

Tipe Angiocarpic

Pada saat perkembangan sampai terbentuknya primodia. Ada stadio kancing (Button Stage) selubung universal yang membungkus keseluruhan tubuh buah akan tercabik, tudung akan terangkat ke atas sedangkan selubung universal yang sobek tertinggal di bawah yang kemudian membentuk wadah yang di sebut dengan cawan.

Tipe Gymnocarpic

Pada tipe perkembangan gymnocarpic lapisan universal tidak terbentuk, sisi dari pembesaran tudung di hubungkan dengan batang oleh selubung dalam, pada waktu membesar selubung dalam tercabik dan melekat melingkari batang membentuk cin-cin (anulus). Jadi Jamur Merang memiliki tipe perkembangan tubuh buah Angiocarpic karena pada Jamur Merang terdapat volva, sedangkan jamur-jamur yang memiliki perkembangan tubuh buah tipe Gymnocarpic salah satunya yaitu campingnon yang memiliki lingkaran pada tangkainya (Sinaga, 1990).

jamur

Gambar 2.1. Tipe perkembangan tubuh buah angiocarpic dan gymnocarpic.
Sumber: Sinaga (1990)

Keterangan:
1 Tudung
2 Bilah
3 Spora
4 Cincin
5 Tangkai
6 Cawan
7 Rhizoid

Pemeliharaan Jamur Merang

Pemilihan bibit Jamur Merang yang berkualitas

Untuk mendapatkan bibit jamur yang berkualitas maka harus dipilih induk tanam yang bersifat unggul, induk tanaman jamur yang dipakai untuk menghasilkan bibit yang berkualitas adalah jamur yang memiliki ukuran besar, bulat teratur, batangnya bulat kokoh, jamur tidak terserang oleh hama penyakit dan jamur tidak mengalami kelainan fisik seperti kriting atau mekar tidak sempurna. Setelah ditentukan bibit jamur yang akan digunakan selanjutnya dilaksanakan tahapan berikutnya yaitu isolasi. Isolasi pada dasarnya merupakan upaya untuk mendapatkan kultur murni dari jamur. Pada umumnya isolasi dapat dilakukan dengan dua cara antara lain dengan kutltur jaringan dan kultur spora (Rahardja, 1988).

Teknik isolasi dengan kultur jaringan

Isolasi dengan kultur jaringan dilakukan dengan cara megambil jaringan jamur dan menanamnya pada media agar miring. Menurut Rahardja (1988) teknik isolasi dengan kultur jaringan adalah sebagai berikut:

Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan harus steril yang sudah diterilkan dengan larutan alkohol dan formalin dan bahan di atas lampu spritus.

Bakal induk diambil dengan cara memotong bagian dalam tanaman yaitu pada ketiak daun dengan menggunakan pisau isolasi steril yang tajam dengan ukuran 3 mm2.

Media PDA (Potatoes Dextrose Agar) miring pembuatan PDA dapat dilakukan secara sederhana dengan bahan yang mudah diperoleh seperti: kentang 100 gr, dektrosa (gula putih) 10 gr, agar tepung 3 gr, aquades 500 ml CaCO3 (cuka encer). Kentang direbus hingga lunak, kemudian air rebusan kentang di saring lalu ditambahkan dektrosa dan agar selanjutnya semua bahan dimasak sampai larut. CaCO3 dapat ditambahkan untuk mengatur PH.
a.4 Media yang sudah siap ditanami eksplan kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 2-3 hari, hasil inkubasi yang baik yaitu apabila miselium tumbuh menyebar dan berwarna putih. Biakan murni yang sudah jadi siap digunakan dalam pembuatan bibit induk.
Menurut Sianaga (2006), biakan murni dapat juga dimulai dari botol yang diisi dengan PDA, kemudian bibit di pindahkan ke media miring dalam tabung reaksi. Dari dalam botol bibit dapat dibagi menjadi 10 atau lebih kedalam tabung reaksi sering pula disebut biakan inti dengan media PDA.
Dari biakan initi masing-masing dapat dibagi menjadi 10 botol biakan Sub Kultur yang masih ditanam dalam media PDA, setelah masa inkubasi selama 7 hari biakan subkultur siap ditanam kembali menjadi bibit induk, media tumbuh berupa subtrat yang terdiri dari biji-bijian dan dedak, diinkubasi lagi selama 7 hari dan ditanam kembali sebagai bibit jamur yang ditanam pada media subtrat, diinkubasi kembali selama 7 hari. Setelah masa inkubasi selesai bibit jamur siap di tanam.

Isolasi dengan kultur spora

Isolasi dengan kultur spora pada prinsipnya adalah isolasi dari spora jamur yang fertil (subur), caranya hampir sama dengan isolasi jaringan kultur bedanya hanya dalam pengambilan ekplan. Pada isolasi kultur spora yang diambil sebagai ekplan adalah lamella (bilah) karena spora jamur menempel pada lamella jamur. Isolasi dengan kultur spora dapat dilaksanakan dengan monospora dan multispora (Rahardja, 1998).

Pemeliharaan jamur di dalam media tumbuh

Bahan yang digunakan sebagai media tumbuh untuk menanam jamur dapat bermacam-macam berupa limbah indsutri pertanian media tumbuh sebelum dipakai harus direndam kurang lebih selama 3 hari, kemudian diperas dan ditimbun dengan plastik selama 6 hari. Dalam proses perendaman media ditambahkan kapur, pupuk urea dan dedak. Setelah direndam media siap disterilkan dengan cara dikukus selama 2 jam. Setelah media dingin bibit siap ditanami bibit yang berupa butiran/gumpalan dapat langsung ditanam. Setelah penanaman bibit media tumbuh di tutup dengan plastik hitam agar suhu menjadi lebih hangat, setelah 5 hari bisa dibuka untuk mendapatkan sedikit sinar matahari, cahaya matahari akan mempercepat pembentukan primodia (Sinaga, 1998).
Menurut Anonim (1992) untuk meningkatkan produksi jamur ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti suhu, kelembaban, O2 (oksigen) dan, Cahyana.

Suhu

Selama pemeliharaan jamur yang masih dalam proses pertumbuhan suhu di dalam persemaian harus dipertahankan antara 32-38oC. Suhu tidak boleh rendah dari 32oC dan tidak boleh lebih dari 38oC. Karena produksi jamur tidak akan optimal. Jika suhunya di bawah 30oC Primodia yang terbentuk akan lebih cepat tetapi tubuh buah yang terbentuk kecil dan panjang, sebaliknya jika lebih dari 38oC akan menyebabkan payung yang terbentuk tipis serta pertumbuhan jamur kerdil dan payungnya keras. Untuk mendapatkan suhu yang diinginkan dapat dilakukan beberapa cara, jika suhu terlalu rendah di bawah 30oC dapat dinaikkan dengan cara menutup lubang dengan plastik hitam. Bila suhu terlalu tinggi di atas 38oC cara untuk menurunkan suhu tersebut, yaitu dengan mengondisikan aerasi yang baik misalnya dengan membuka tutup plastik dan membuka jendela kubung untuk beberapa saat.

Kelembaban

Kelembaban udara yang dibuthkan untuk produksi optimum Jamur Merang adalah 60%, jika kelembaban terlalu tinggi dapat menyebabkan busuknya jamur dan jika kelembaban terlalu rendah akan mengakibatkan tubuh buah yang terbentuk kecil dan sering terbentuk di bawah media tumbuh. Untuk mendapatkan kelembaban yang sesuai dengan kebutuhan Jamur Merang untuk pertumbuhannya, sebelum media tumbuh disterilkan terlebih dahulu di rendam selama 2 hari kemudian di peras untuk mencegah kelembaban yang tinggi, setelah media tumbuh ditanami dilakukan penyemprotan untuk mencegah keringnya media tumbuh.

Oksigen dan cahaya

Jamur membutuhkan oksigen untuk pertumbuhan dan produksi tubuh buahnya. Kebutuhan akan oksigen yang paling banyak yaitu pada saat pembentukan tubuh buah, maka aerasi sangat dibutuhkan. Kekurangan oksigen akan mengakibatkan payung dari Jamur Merang menjadi kecil sehingga cenderung mudah pecah dan bentuk tubuh buahnya abnormal. Kekurangan oksigen yang ektrim dapat diketahui bila kita masuk ke dalam ruangan merasa pengap, untuk mencegah kekurangan oksigen plastik yang menutup media dapat dibuka untuk beberapa saat.
Cahaya matahari secara langsung harus dihindari, namun cahaya matahari tidak langsung dibutuhkan untuk memicu pembentukan primodia dan untuk menstimulasi pemecahan spora.

Kegunaan dan Kandungan Gizi Jamur Merang (Volvariella volvacea)

Jamur sebagai Obat

Jamur memiliki kandungan gizi yang tidak kalah bila dibandingkan dengan jenis sayuran lain, selain memiliki rasa yang enak dan berbagai manfaat yang lainnya, jamur juga dapat dimanfaatkan sebagai obat. Salah satu jamur yang paling dikenal sebagai jamur panjang umur yaitu Jamur Lingzhi, karena dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit dan mampu menjaga dan meningkatkan vitalitas tubuh baik pria dan wanita. (Bisema, 1968)
Menurut Anonim (2002), jamur dipercaya berkashiat menurunkan gula darah dan kolestrol, mencegah tumor dan kangker, menetralisir racun dalam makanan, mencegah radang usus dan menurunkan tekanan darah serta untuk antikarsinogen. Kabar yang paling terkini yaitu penelitian yang dilakukan di Perancis dan Cina jamur terbukti mampu membunuh Virus HIV, bahkan Jamur Lingzhi (Genoderma) di percaya mampu memperpanjang usia. Berbeda dengan bangsa Eropa, Amerika Serikat dan Asia memanfaatkan jamur sebagai bahan obat dalam ilmu pengobatan, di Singapur jamur Lingzhi dan Reishi dianggap mampu meningkatkan kekebalan tubuh manusia dari serangan penyakit, mampu menghambat tumor dan mampu meningkatkan stamina lanjut usia. Khasiat jamur sangat banyak karena beberapa jenis jamur mengandung senyawa genodermat dan genodermin seperti Jamur Lingzhi, senyawa yang dikandung oleh Jamur Lingzhi berkhsiat sebagai anti virus, anti karsinogen dan menambah kebugaran tubuh. Lain lagi dengan Jamur Maitake (Kumotake) yang memiliki senyawa aktif berupa grifolan dan ikatan protein-polisakarida yang mampu menghambat perkembangan Virus HIV. Ada lagi jenis jamur yang digunakan untuk keperluan industri makanan dan minuman seperti sscchomyces, aspergillus dan penicillium, ketiga jenis jamur ini digunakan dalam industri farmasi, roti, minuman keras dan pengolahan keju.

Kandungan Gizi Jamur Merang (Volvariella volvace)

Jamur memiliki kandungan nutrisi yang lengkap, sebagai bahan makanan mengandung vitamin B1, B2, D dan niacin. Jamur yang memiliki berbagai unsur mineral yang diperlukan oleh tubuh, seperti kalium, natrium dan magnesium, serta kandungan seratnya yang tinggi 7% sampai 24%. Jamur segar memiliki kandungan protein nabati yang lebih besar dibandingkan dengan sayuran lain. Menurut penelitian yang pernah dilakukan, Jamur Merang mengandung nutrisi yang cukup penting bagi manusia yaitu memiliki kandungan air sebanyak 93,3%, lemak 0,3%, protei 1,8%, abu 1,2%, dan kalsium 30 mg/g.. Sebagai bahan makanan Jamur Merang sangat kaya akan protein kasar dan karbohidrat bebas nitrogen serta serat dan kandungan abunya yag sedang dan memiliki lemak rendah sehingga cocok di konsumsi oleh orang yang sedang menjalankan program diet. Tidak itu saja Jamur Merang juga memiliki kandungan mineral, vitamin, phospor, natrium, kalsium, magnesium, sat besi, seng, dan tembaga yang berguna sebagai zat pendukung metabolisme tubuh. (Anonim, 2002)
Menurut Suhardirman (1998), kandungan lipid menentukan bobot nutrisi jamur ,bobot kandungan esensial ini ditentukan oleh asam lemak yang tidak jenuh. Asam lemak yang tidak jenuh ini mengandung asam-asam palmetat ,oleat ,dan linoleat. Asam lenoleat yang terdapat pada kandungan jamur menjadikan jamur menjadi makanan sehat dan tidak memberikan efek samping bagi orang yang kegemukan atau sedang berdiet, berikut ini adalah Tabel kandungan lipid, asam lemak dan komposisi asam lemak tidak jenuh dari Jamur Merang.

Tabel 1. Kandunngan Lipid, Asam Lemak dan Komposisi Asam Lemak Tidak Jenuh pada Jamur Merang (Volvariella volvacea).

Kandungan gizi Jamur Merang (Volvariella volvaceae)

Jumlah persen/ 100 gr

Lipid Esensial
Asam Lemak Jenuh
Asam Lemak Tidak Jenuh
Asam Linoleat
Asam Myristic
Asam Palmetas
Assm Palmitolik
Asam Stearat
Asam Oleat


5,88%
1,46%
8,54%
6,99%
0,48%
10,50%
0,62%
3,47%
12,74%

Sumber : Suhardiman (1998)


Selain protein, asam lemak di dalam Jamur Merang terdapat kandungan gizi yang tidak kalah penting yaitu azam amino, baik itu asam amino osensial dan asam amino non esensial. Di dalam tubuh manusia mampu memproduksi asam amino hanya sebagian kecil bila di bandingkan dengan yang ditbutuhkan oleh tubuh kita. Oleh karena itu ibutuhkan makanan yang memiliki kandungan asam amino yang cukup tinggi. Jamur Merang adalah salah satu jenis sayuran yang mengandung asam amino esensial dan non esensial yang sangat lengkap (Sinaga, 2006).

Jerami Sebagai Media Tumbuh Jamur Merang (Volvariella Volvacea)

Bahan yang biasa digunakan sebagai media tumbuh Jamur Merang oleh para petani adalah jerami yang masih segar, jerami yang digunakan dapat dipotong atau tidak, jerami yang dipakai sebagai media tumbuh Jamur Merang biasanya dikomposkan dengan cara direndam, jerami diperas dan disterilkan baru dapat digunakan sebagai media tumbuh. Sebenarnya Jamur Merang dapat tumbuh pada berbagai media terutama dari limbah industri pertanian seperti tulang daun tembakau, lamtoro serbuk gergaji, eceng gondok, gandum daun pisang, limbah kapas, limbah kertas dan sekam. Bahan-bahan tersebut dapat digunakakn dengan mencampurnya dengan bahan-bahan lain, seperti dedak atau bekatul atau dapat digunakan tanpa dicampur-campur bahan apapun. Bahan-bahan sebagai media tumbuh Jamur Merang seperti di atas selain memiliki kandungan gizi yang cukup untuk pertumbuhan jamur juga mudah didapatkan (Anonim, 2002).
Menurut Widiastuti (2005), Jamur Merang dapat memanfaatkan kabohidrat dan mineral dari rumput-rumputan yang melapuk, pada jerami yang telah megalami pelapukan banyak mengandung zat gula dan mineral antara lain natrium phospor, kalsium dan kalium. Selama proses fermentasi bahan organik berupa karbohidrat dan mineral dapat diambil dalam jumlah yang besar dan dalam pross pelapukan senyawa organik dapat tersedia dengan cepat sehingga dapat digunakan oleh jamur untuk pertumbuhannya. Selain zat tersebut masih banyak ada lagi zat yang terkandung pada jerami yaitu selulosa sebanyak 55 % dan lignin 30% yang tidak kalah penting untuk pertumbuhan Jamur Merang.


Tabel 3. Komposisi kimia jerami

KANDUNGAN

JUMLAH %

Air
Nitrogen
Posphor
Kalium
Magnesium
Lignin
selulosa


-
3,9
0,7
0,5
0,10
55
30

Sumber : Widiastuti (2005)


Media sekam banyak ditemukan di daerah yang ada penggilingan berasnya. Sekam biasanya dimanfatkan untuk memasak sebagai penggati kayu bakar, tetapi karena jumlahnya yang berlimpah sekam dapat digunakan media tumbuh Jamur Merang karena mengandung senyawa organik yang dibutuhkan untuk pertumbuhan jamur, seperti, nitrogen, phospor, lignin dan selulosa (Sukara, 1981).


Tabel 4. Komposisi kimia sekam

KANDUNGAN

JUMLAH %

Air
Nitrogen
Posphor
Kalium
Magnesium
Lignin
selulosa


-
3,5
2,7
0,8
1
19
29

Sumber: Sukara (1981)


Media serbuk kayu yang digunakan sebagai media tubuh Jamur Merang banyak mengandung karbohidrat dan serat lignin. Zat-zat iniliah yang membantu pertumbuhan jamur, dalam kayu juga terdapat zat yang menghambat pertumbuhan jamur yaitu getah dan zat pengawet alami (zat ekstratif). (Dumanauwi, 1992).


Tabel 5. Komposisi Kimia Kayu.

KANDUNGAN

JUMLAH %

Air
Nitrogen
Posphor
Kalium
Magnesium
Selulosa
Lignin
Pentosan
Zat ekstraktif
Abu


10
1,8
-
-
0,10
40 - 45
18 - 33
21 - 24
1 - 12
0, 22-6

Sumber : Cahyana, (2002).

Pisang merupakan salah satu tanaman tropis, mofologi pisang terdiri dari, akar, batang, daun buah dan jantung pisang. Semua bagian dari pohon dapat dimanfaatkan, mulai dari akar, umbi sampai jantung pisang dapat dimanfaatkan. Daun pisang oleh masyarakat pedesaan banyak dimanfaatkan menjadi kompos. Kompos inilah yang dimanfaatkan menjadi media tumbuh Jamur Merang karena dalam kompos daun pisang terdapat zat-zat yang dibutuhkan untuk pertumbuhan Jamur Merang (Munadjim, 1983).

No comments:

Post a Comment

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP